Mengaku Salafi, Namun Realitanya Tidak Bermanhaj Salaf
Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul
Diantara penyimpangan mereka yang berkata, “Saya salafi“, namun akhlaqnya, pergaulannya, bantahannya, menunjukkan bodohnya ia terhadap salafiyah.
Dan ia tetap berkata, “Saya salafi“, namun bila berhutang, ia tidak mengembalikan hutangnya (ngemplang). Bila ia melewati orang yang miskin, awam dan masih bodoh, bukannya mengajak mereka pada kebaikan dan memotivasi mereka, ia justru menampakkan wajah yang membuat mereka jauh, bahkan tidak menjawab salam mereka. Meninggalkan orang miskin tersebut dalam kesulitan hidup yang tidak diketahui siapapun melainkan Allah, dan memberikan gambaran yang buruk tentang dakwah salafiyah.
Pemahaman salafiyah juga berubah, pernah Syaikh Ibn Utsaimin ditanya tentang orang yang berkata ‘Saya salafi‘ dan mendakwahkan prinsip salafiyah. Beliau menjawab, “Apabila itu hizbiyah maka tidak boleh, tidak benar!“.
Mereka memegang istilah salafiyah hanya sekedar namanya saja, namun sejatinya mereka menjadi hizbi yang menyelisihi salafiyah. Mereka pun mengingkari hizbiyah, namun tidak mengingkari kesalafiyahan mereka.
Aku melihat sendiri sebagian orang tidak mengenal apa itu salafiyah kecuali bantahan, itulah obsesi mereka siang dan malam! Ilmu disisi mereka cuma bantah membantah, yang mereka kenal dari salafiyah hanyalah bila bermajelis lalu membicarakan Fulan dan Fulan, tidak peduli temanya cocok atau tidak cocok, dan mereka mengira bahwasanya itulah salafiyah. Ini bukan manhaj salaf.
Tidak ada seorang pun yang berusaha merubah kebenaran bagimu, ini memang bukan manhaj salaf! Manhaj salaf itu bukan cuma bantah membantah saja. Manhaj salaf itu bukan hanya membicarakan Fulan dan Alan!
Namun bagimu yang telah paten adalah seorang salafi bila bermajelis maka ia harus berbicara tentang Fulan, mencela Fulan, kemudian dikaitkan dengan Fulan yang berbicara membantah Fulan, dsb. Yang telah paten bagimu hanyalah yang namanya penuntut ilmu maka ia wajib membantah.
Ini bukan manhaj salaf!
Manhaj salaf ialah mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya, yaitu membantah pada tempatnya, berbicara masalah jarh wa ta’dil pada tempatnya, masalah ibadah, suluk (akhlak), manhaj pada tempatnya, segala sesuatunya pada tempatnya dan ada kadarnya.
Adapun engkau mengubah definisi salafiyah dan berharap manusia tidak akan akan mengingkarimu. Engkaulah syauhatus salafi (salafi yang menyimpang) !
Salafiyah adalah manhaj perbaikan dan dakwah, diharapkan bila seorang bersalah dalam waktu yang lama, berbuat kerusakan, namun tetap kita harapkan ia kembali pada kebenaran. Inilah salafi walau dia tidak berkata ‘saya salafi‘.
Salafiyah adalah rahmah..
Aku mengenal sebagian masyayikh kami selama 16 tahun lamanya menasihati penyimpangan dan tidak seorang pun mengetahuinya. Rahmah. 16 tahun lamanya, ada juga yang 10 tahun menasihati secara perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Aku kenal penuntut ilmu yang berbuat demikian.
Dan aku mengira bahwa bantahan dan pembicaraan tentang Fulan, Fulan, dan menjatuhkan Fulan ialah tanpa adanya keseimbangan, dan pengajaran ilmu yang semestinya dengan metode yang benar.
Lihatlah apa itu salafi, apabila engkau bermajelis dari pagi hingga petang dan berkata “Saya salafi”. Tapi majelismu dari pagi hingga malam menyelisihi sekian ayat dan hadits maka itulah khawarij. Karena khawarij mereka menyelisihi ayat dan hadits.
Itulah khawarij yang menamai dirinya salafi!
Karena diantara ciri khawarij dari jamaah islam, ialah mereka selalu menjelek-jelekkan salafiyah. Mereka bermajelis hanya untuk membicarakan Fulan dan Fulan, yaitu para da’i yang memiliki kesalahan, salah, dan salah tanpa menimbang perkaranya!
Lantas adakah manusia yang selamat dari kesalahan? Semua Bani Adam pasti memiliki kesalahan. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا
“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil” (QS. Al Maidah : 8),
Adapun engkau bermuamalah terhadap orang yang memiliki kesalahan seolah ia kafir, seolah ia keluar dari millah dan agama, adilkah?
Segala sesuatu harus sesuai kadarnya. Masyayikh kibar kita dahulu berbicara tentang kesalahan Fulan namun setelah berlalu sebulan dua bulan mereka berkata, “Tidak mengapa kalian mendengarkan (ilmu) darinya”.
Bagaimana bisa padahal ia memiliki kesalahan? “Aiwah, (beliau menjawab) karena dia seorang yang ‘alim, fahim, diharapkan dengan bermajelis dengannya juga menjadi ta’lif, melembutkan hatinya, agar dia memperbaiki kesalahannya”.
Maka mereka pun berbicara tentang kesalahannya sekedarnya saja untuk dibantah, guna menjelaskan yang benar sembari berharap insya Allah dia akan menerima kebenaran itu.
Lihatlah wahai jamaah, inilah beberapa penyimpangan sebagian manusia, dan hendaknya kita memperhatikan hal ini.
***
Dari transkrip ceramah berjudul “Manhaj salaf fi ta’amul ma’a al inhiraafaat al ‘aqidah wal manhajiyah” oleh Fadhilatus Syaikh Muhammad ibn Umar Bazmul.
Sumber : http://ajurry.com/vb/showthread.php?t=43084
Penerjemah: Yhouga Pratama Ariesta
Artikel Muslim.or.id
🔍 Arti Sahabat Sejati Menurut Islam, Pengertian Inabah, Dukhan Arti, Kumpulan Tema Ramadhan, Dalil Iman Kepada Hari Akhir
Artikel asli: https://muslim.or.id/25943-mengaku-salafi-namun-realitanya-tidak-bermanhaj-salaf.html